“Babat,” begitu pesan yang saya tuliskan via grup Facebook
untuk Kelas Inspirasi Bojonegoro 2. Bagi saya, media sosial menjadi alat
terpenting untuk misi Kelas Inspirasi ini karena saya tidak banyak tahu medannya
dan siapa saja orang-orangnya. Pesan yang saya tulis itu pun untuk mengisyaratkan
berita perjalanan menggunakan KRD ekonomi bahwa saya sudah sampai stasiun
Babat.
“Ok, Mas.. sebentar lagi Stasiun Bjn.. ntar diboncengin ma
Udin,” begitu jawaban singkat Djagad Alie yang mengkoordinir tim inspirator
untuk SDN Sekar I di Kecamatan Sekar Kaupaten Bojonegoro.
Tak lama kemudian KRD berhenti di stasiun. Saya segera
mengontak Udin mengabari kedatangan saya. Sembari menunggu Udin, saya bergegas
ke musholla untuk sholat jamak dan keluar stasiun untuk cari makan. Saya
melahap pecel seharga Rp 5.000 di jalan depan stasiun. Saya juga beli sebotol
besar air untuk mengatisipasi perjalanan yang jauh dan panas.
Udin datang, dan langsung membonceng saya dengan motornya.
Mampir ke temannya sebentar, dia lalu membawa saya ke Wanatirta di Dander.
Perjalanan sekitar sebelas kilometer ke selatan itu kami tempuh dengan
sepedamotor. Saat ada pom bensin, Udin mampir dan mengisi penuh tanki motornya.
“Tidak ada pom bensin lagi sampai Sekar,” Udin menjelaskan.
Di Dander, beberapa partisipan sudah datang. Saya berkenalan
dengan sejumlah panitia, fasilitator, fotografer/kamerawan, dan pengajar.
Sembari menunggu partisipan lain, saya sempatkan melihat-lihat kawasan wisata Wanatirta.
Saya lihat lapangan golf-nya ditumbuhi rumput kering tinggi. “Waktu saya kecil
dulu, tempat ini betul-betul teduh menghijau karena banyak pohon,” ujar seorang
panitia.
Setelah cukup banyak yang terkumpul, tim segera berangkat.
Saya ngikut mobil yang dikemudikan Siti Nur Hidayah salah satu inspirator Kelas
Inspirasi. Keputusan saya untuk bergegas makan dan shalat tadi tepat.
Perjalanan sekitar 50 kilometer menuju Sekar itu membutuhkan waktu tiga jam.
Berangkat pas Ashar, tiba sudah lewat Maghrib.
Awal perjalanan, iring-iringan lancar. Namun, memasuki
kawasan Gondang, tantangan mulai terasa. Menaiki kawasan Gunung Pandan, banyak
jalan berkelok-kelok, tanjakan-turunan, dan sebagian rusak atau berdebu. Puncaknya
saat kami melewati kawasan yang disebut Atas Angin yang dikelilingi bukit-bukit
gamping putih. Sepanjang jalan terlihat hutan panas dan meranggas karena
kemarau.
Seluruh relawan berkumpul di SDN Sekar I. Sekolah ini di
Dusun Grenjengan Desa Sekar Kecamatan Sekar di kawasan pegunungan kapur berbatasan
dengan Kabupaten Madiun. Sekolah yang dikepalai Budiono SPd Msi ini dikelola sembilan
guru dan satu pekerja umum. Letak sekolah lebih tinggi daripada jalan, sehingga
ada track dengan kemiringan sekitar
35 derajad.
Tikar digelar di tengah suasana sejuk sore, panitia melakukan
rapat koordinasi. Nova Dewi, koordinator Kelas Inspirasi Bojonegoro, mencek
kesiapan. Saya juga baru menyadari jumlah relawan 97 orang yang terdiri dari
inspirator, fasilitator, panitia, dan fotografer/videografer. Bisa dimaklumi
jika parkir SDN Sekar I dipenuhi tiga mobil dan puluhan sepeda motor.
Kelas inspirasi Bojonegoro yang kedua ini dipusatkan di satu
kecamatan. Berlangsung 29 September 2014, operasinya di delapan sekolah; SDN
Sekar I, SDN Sekar II, Miyono I, Miyono II, Bareng II, Bobol V, Klino I dan
Klino II. Saya, yang berprofesi sebagai penulis, ditempatkan di Sekar I.
Inspirator lainnya Riesthandie Christianto superintendent di PT Untung Bersama
Sejahtera di Surabaya, Siti Nur Hidayah pemilik bisnis handcraft Zahida di Bojonegoro, dan Abdul Ghoni dosen IKIP PGRI
Bojonegoro. Djagad Alie jadi fasilitator dibantu M. Aminuddin, Kharis Wahyudi,
Didik Jatmiko, Edi Supraeko, Lina Nurfita, Abdul Rohman Zaki, dan Mulyanto
sebagai panitia dan juru rekam gambar.
Dianggap persiapan sudah cukup, Nova meminta relawan mengerjakan
tugas masing-masing usai rapat. Ada yang mempersiapkan perlengkapan games, ada yang melatih kekompakan
yel-yel, ada yang main gitar untuk berbagi inspirasi. Saya sendiri bersama tim
Sekar I membungkus bingkisan untuk dihadiahkan pada murid-murid.
Untuk urusan makan, kebetulan ada warung buka. Namun, saat
saya bersama 12 relawan pesan makanan, yang tersisa cuma nasi setengah termos
dan bumbu pecel (tanpa sayur) dengan beberapa tempe goreng dan ayam goreng. Saya
pesan wedang jahe untuk penghangat, relawan lain pesan minuman berbeda.
Terus? Balik ke base
camp, mengngantuk, dan bersiap tidur. Nah, urusan tidur ini juga
diselesaikan dengan semangat relawan. Beberapa guru dan penduduk menawarkan
tempat. Namun, sebagian besar relawan memilih tidur di ruang guru di SDN Sekar
I. Tak pelak, ruang guru dan terasnya dipenuhi orang berbaring berbagai pose.
Lumayan, tidur berjubelan bisa menghangatkan suasana dingin.
Subuh, sebagian peserta bangun. Sebagian menuju mushola
terdekat. Selain untuk sholat, mereka juga butuh kamar kecil. Banyak yang ingin
pipis, sebagian menyempatkan diri mandi, namun sebagian lagi tidak punya waktu.
Maklum, banyaknya populasi tidak sebanding dengan mepetnya waktu.
Ya, mepet sekali. Saat jam masih menunjukkan 6.00, saat
pembenahan bekas-bekas tempat tidur di ruang guru belum usai, murid-murid sudah
berdatangan. Tak pelak, bersih-bersih ruang guru dan halaman dilakukan dengan gerak
cepat dan massal.
Upacara bendera dimulai 07.00. Kepala SDN Sekar I
memperkenalkan acara kelas inspirasi pada murid-murid. Ia juga memperkenalkan sembilan guru pada para
relawan. Setelah itu, Alie memperkenalkan tim relawan. Selesai upacara di
lapangan, sesi inspiasi langsung digelar di kelas.
Kelas inspirasi diberikan kepada murid-murid kelas 3 sampai
6. Kelas 3 dan 4 digabung menjadi 40 siswa, kelas 5 ada 23 siswa, dan kelas 6 ada
25 siswa. Lamanya pertemuan diatur sebagaimana jadwal sekolah. Para inspirator
bergantian mengisi di kelas berbeda dan waktu berbeda.
Sesi pertama, 7.30 - 8.10, saya di kelas 6, Hidayah di kelas
3+4, Ghoni di kelas 5, dan Riesthandie istirahat. Sesi kedua, 8.50 - 9.30, saya
di kelas 3+4, Riesthandie kelas 5, Ghoni kelas 6, dan Hidayah break. Sesi ketiga, saya istirahat,
Ghoni di kelas 3+4, Hidayah di kelas 5, dan Riesthandie di kelas 6. Istirahat
9.30 - 10.00, saya gunakan untuk sarapan seikat kacang rebus dan dua potong
pisang goreng dan minum air banyak karena cuaca panas. Sesi keempat, 10.00 -
10.40, Riesthandie di kelas 3+4, saya di kelas 5, Hidayah di kelas 6, dan Ghoni
istirahat.
Nah, pada sesi terkahir ini, kelas inspirasi di SDN Sekar I
kedatangan tamu istimewa. Bupati Bojonegoro menyempatkandiri dating ke kelas 6
untuk memberikan inspirasi juga. Suyoto, bupati yang gemar pakai motor trail,
juga menyambangi sekolah lain untuk memberikan inspirasi pada murid-murid.
Usai ceramah inspirasional, murid-murid SDN Sekari I diminta menuliskan cita-cita di kertas warna-warni. Setelah pembagian bingkisan, murid-murid diminta menempelkan kertas cita-cita di spanduk bergambar awan. Ini sebagai lambang menggapai cita-cita setinggi langit.
Comments