Universalitas Semangat Bushido

Universalitas Semangat Bushido
Last Updated (Saturday, 14 November 2009 06:25)
Written by Swadesta A W
Friday, 13 November 2009 06:21


User Rating: / 1
PoorBest


Dalam arti yang sebenarnya, arti kata samurai adalah melayani, pelayan, atau lebih kasarnya pembantu. Asal-usul kelas samurai adalah spesialisasi dari kalangan borjuis (Aristokrat). Kaum aristokrat yang berpoligami, banyak yang menghasilkan keturunan. Namun, keturunan dari selir tidak diakui sebagai pewaris harta di kerajaan. Anak-anak kaum borjuis tersebut akhirnya diturunkan derajatnya menjadi prajurit atau pengelola kuil.

Hal inilah yang menjadi faktor kenapa mereka di artikan sebagai pelayan. Samurai membentuk angkatan bersenjata untuk membantu kaum borjuis di wilayahnya masing-masing. Terbentuknya kelas samurai mengakibatkan Jepang menganut sistem pemerintahan militer. Ditandai dengan pengambil-alihan kekuasaan secara paksa yang dilanjutkan memanifestasikan status. Mereka tidak lagi ingin disebut pembantu. Mereka kemudian menyebut kelas ini sebagai bushi (ksatria).

Pemerintahan militer samurai berlangsung panjang. Sistem ini juga banyak mengakibatkan perang saudara untuk alasan perebutan tanah klan (keluarga). Dimulai oleh dinasti Bakufu (keluarga bakufu) tahun 1186 hingga dinasti Tokugawa (1603) dan berakhir tahun 1867. Pada periode Tokugawa, perang saudara berakhir. Akan tetapi, dalam situasi damai ada ketakutan dari para samurai senior terhadap generasi selanjutnya. Mereka takut semangat samurai akan hilang dalam keadaan ini.

Untuk itu, mereka memodifikasi filosofi-filosofi yang bersifat tradisional. Modifikasi itu dituliskan dan diintrepetasikan kepada generasi selanjutnya sebagai norma kultural dalam periode Tokugawa. Salah satunya adalah sebuah buku yang ditulis oleh Taira Shigesuke, Bushido Shoshinsu. Taira adalah seorang filsuf Kunfusius sekaligus ilmuan militer. Melalui buku ini, ia seperti ingin memberikan instruksi moral kepada prajurit. Ia ingin menghilangkan kecenderungan prajurit untuk berbuat ceroboh. Menghilangkan kekerasan dalam hati prajurit akibat kesombongan karena merupakan bagian dari pemerintahan.

Buku ini dituliskan dan sunting kembali oleh Thomas Cleary tahun 1999. Judul asli buku ini, Code Of The Samurai. Kemudian pada Agustus 2009, dalam edisi bahasa Indonesia terjemahan Teguh Wahyu Utomo, Buku ini diterbitkan di Indonesia. Karya Taira Shigesuke ini terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama, Ia menjelaskan tentang prinsip-prinsip hidup dalam kehidupan dan lingkungan. Bagian kedua, mengenai kedisiplinan diri, hubungan antara prajurit pimpinan kepada anak buah, keluarga, dan masyarakat. Bagian ketiga, Taira menjelaskan tentang fungsi menjadi prajurit bagi Negara, budaya, dan kematian. Akan tetapi, pemikiran Taira saat ini tidak dipakai oleh kaum militer (prajurit) saja. Ini sudah bersifat umum di masyarakat.

Bushido Shoshinsu, menyajikan sesuatu yang luar biasa atas sebagian besar karakteristik dan peradaban Jepang saat ini. Buku ini mampu menjelaskan inti sebuah kekuatan samurai dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Bisa jadi, ini merupakan salah satu jawaban mengapa bangsa Jepang bisa langsung berdiri kembali setelah hancur lebur akibat bom atom dan perang dunia ke II. Bisa jadi, Semangat Bushido yang dipakai masyarakat Jepang bisa jadi jawaban mengapa masyarakat di sana sangat disiplin dengan waktu, dan memanfaatkan wwaktu dengan baik. Kesimpulannya, buku setebal 134 halaman ini bisa menjadi sumber yang tepat. Sumber yang berguna bagi kita dalam mempelajari Jepang. Budaya, Sejarah, dan Masyarakatnya.

Judul Buku : Spirit Hidup Samurai

Judul Asli : CODE OF THE SAMURAI

Penulis : Taira Shigesuke

Penyunting : Thomas Cleary

Penerjemah : Teguh Wahyu Utomo

Penerbit : Selasar Surabaya Publishing

Tebal : 134 halaman

Cetakan Pertama : Agustus 2009



Swadesta Arya

Comments